Inovasi dan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kerang Hijau: KKN TIM 39 UNDIP 2025 Hadir di Dusun Gojoyo
Inovasi dan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kerang Hijau: KKN TIM 39 UNDIP 2025 Hadir di Dusun Gojoyo
Wedung – Dusun Gojoyo di Desa Wedung, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, dikenal sebagai wilayah pesisir dengan kekayaan sumber daya laut, terutama kerang hijau. Sayangnya, potensi ini belum sepenuhnya dimanfaatkan, khususnya dalam pengolahan dan diversifikasi produk. Untuk menjawab tantangan tersebut, KKN TIM-39 Universitas Diponegoro menghadirkan serangkaian program inovatif yang menyentuh berbagai aspek: edukasi, pengembangan produk, pemanfaatan limbah, hingga penguatan psikologis warga. Seluruh kegiatan dilaksanakan langsung bersama masyarakat, khususnya ibu-ibu yang menjadi motor penggerak ekonomi rumah tangga kreatif dan berkelanjutan, pada 30 Juni 2025.
Edukasi Keamanan Konsusmi dan Pengolahan Limbah: Menyadarkan, Mengedukasi, dan Memberdayakan
Kegiatan diawali dengan sosialisasi pemanfaatan kerang hijau secara higienis dan ekonomis oleh Ahmad Fadhil Pramuditya (Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Prodi Akuakultur). Ahmad menyampaikan materi interaktif tentang manfaat konsumsi kerang hijau, seperti kandungan protein, zat besi, dan omega-3. Ia juga menjelaskan risiko kesehatan jika mengonsumsi kerang tercemar, serta teknik memilih kerang segar dan cara mengolahnya secara higienis.
Selain itu, Ahmad memperkenalkan pemanfaatan limbah cangkang kerang sebagai produk bernilai ekonomi, seperti pupuk organik dan kerajinan tangan. Para ibu mengikuti sesi ini dengan antusias, berdiskusi, dan bertukar pengalaman terkait kendala mengolah kerang. Mereka juga ikut praktik langsung mulai dari memilah, membersihkan, hingga mengolah limbahnya menjadi pupuk alami. Bahkan, beberapa ibu tertarik untuk mencoba membuat kerajinan dari cangkang kerang.
Inovasi Olahan Kerang Hijau: Cita Rasa dan Ekonomi Bersama Ibu-Ibu Gojoyo
Widad Lailatul Fadhila, mahasiswi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Prodi Akuakultur Universitas Diponegoro, menyelenggarakan program pemberdayaan masyarakat melalui pembuatan olahan kerang hijau krispi yang melibatkan ibu-ibu Desa Gojoyo. Widad memperkenalkan inovasi produk hasil laut yang mudah dibuat, lezat, dan memiliki nilai jual tinggi.
Dengan semangat besar, para ibu mengikuti setiap langkah pembuatan mulai dari persiapan alat dan bahan, pengolahan, hingga pengemasan agar produk tetap krispi dan awet. Melalui program ini, para ibu tidak hanya membuat makanan ringan untuk keluarga, tetapi juga menciptakan peluang penghasilan tambahan yang menjanjikan.
Alternatif Makanan Bergizi Tinggi untuk Keluarga dan Peluang Usaha Rumahan yang Menjanjikan
Andriani Retno Pratiwi, mahasiswi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Prodi Akuakultur, menggagas terobosan berupa pengolahan kerang hijau menjadi nugget sebagai upaya meningkatkan nilai gizi dan ekonomi masyarakat. Andriani melibatkan ibu-ibu kader Posyandu dalam pelatihan ini untuk memperkenalkan metode pengolahan makanan laut yang higienis dan lezat.
Selain mengasah keterampilan memasak, kegiatan ini juga memberdayakan ibu-ibu agar dapat menciptakan produk dengan nilai jual tinggi. Nugget kerang hijau diharapkan menjadi camilan favorit keluarga dan membuka peluang usaha baru di lingkungan Posyandu, sekaligus mempromosikan konsumsi protein hewani yang bermanfaat bagi kesehatan keluarga.
Inovasi Rasa: Chawan Mushi, Olahan Jepang dengan Sentuhan Lokal
Muhammad Ari Surya Candra, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Prodi Bahasa dan Kebudayaan Jepang, mengadakan kegiatan praktik pembuatan Chawan Mushi—telur kukus khas Jepang yang lembut dan bergizi. Ia memberikan sentuhan lokal dengan menambahkan isian kerang hijau sebagai bintang utama.
Muhammad memilih Chawan Mushi karena teksturnya yang lembut dan gurih cocok dengan selera masyarakat Indonesia serta mudah dipadukan dengan bahan lokal. Ia mengajak para ibu rumah tangga mengeksplorasi bahwa kuliner mancanegara pun dapat mereka sesuaikan dengan bahan baku setempat tanpa kehilangan nilai rasa dan gizinya.
Kegiatan ini berhasil membuka perspektif baru bahwa masyarakat tidak harus selalu mengolah kerang hijau secara konvensional seperti ditumis atau direbus. Mereka kini bisa mengubahnya menjadi menu internasional bernilai jual tinggi.
“Ini seperti puding gurih tapi pakai kerang, enak sekali. Kalau dijual bisa jadi menu baru untuk warung makan,” ujar salah satu ibu peserta kegiatan.
Dari Limbah Jadi Berkah: Mengolah Cangkang Kerang untuk Lingkungan dan Ekonomi Warga
Melany Alvira Diana, mahasiswi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Prodi Akuakultur, memperkenalkan cara sederhana untuk mengolah cangkang kerang menjadi pupuk organik. Ia mengajarkan warga membersihkan cangkang, menjemurnya hingga kering, lalu menumbuknya menjadi bubuk halus. Serbuk ini mengandung kalsium karbonat (CaCO₃) yang tinggi dan bermanfaat untuk meningkatkan pH tanah, memperkuat struktur tanah, serta menunjang pertumbuhan tanaman.
Ibu-ibu Dusun Gojoyo dengan antusias mencoba membuatnya sendiri. “Biasanya cangkang dibuang saja, ternyata bisa untuk pupuk. Bisa buat tanam cabai dan sayur di pekarangan,” ujar salah satu warga.
Melalui pemanfaatan ini, warga tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga memperoleh alternatif pupuk yang ramah lingkungan dan ekonomis dibanding pupuk kimia. Melany memperkenalkan langkah awal untuk mengenalkan konsep pertanian organik skala rumahan yang murah, sederhana, dan mudah dilakukan.
Kreativitas dari Pesisir: Hasil Kreasi Cantik dari Tangan Kreatif
Dela Berliana, mahasiswi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Prodi Akuakultur, mengajak ibu-ibu membuat kerajinan tangan dari cangkang kerang hijau. Dalam kegiatan KKN di Dusun Gojoyo ini, Dela memperkenalkan pemanfaatan limbah kerang sebagai bahan dasar berbagai produk kreatif.
Ia memandu proses pembuatan yang sederhana, namun menghasilkan karya dengan nilai estetika tinggi. Para ibu tidak hanya mengasah kreativitas, tetapi juga membuka peluang usaha rumahan. Hasil kerajinan dapat mereka jadikan oleh-oleh khas desa atau dijual secara daring untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Dengan memanfaatkan bahan yang sebelumnya dianggap limbah, kini warga menemukan cara baru untuk menghasilkan nilai tambah dari lingkungan sekitar. Kerajinan dari cangkang kerang menjadi bukti bahwa kreativitas bisa muncul dari hal-hal sederhana.
Penguatan Harapan dan Keyakinan Melalui Afirmasi Positif
Cerrisa Putri Elesta, mahasiswi Psikologi Universitas Diponegoro, tidak hanya mendampingi warga dalam pelatihan teknis. Ia juga menghadirkan pendekatan psikologis yang menyentuh aspek emosional masyarakat. Setelah sesi praktik memasak kerang hijau selesai, Cerrisa mengadakan sesi diskusi dan refleksi berupa penguatan harapan dan keyakinan melalui afirmasi positif.
Dalam sesi ini, Cerrisa menggali potensi diri ibu-ibu melalui pertanyaan reflektif seperti, “Hal apa yang paling dibanggakan dari diri sendiri?”. Ia mengarahkan para ibu untuk menyadari kekuatan dan pencapaian yang mereka miliki. Selanjutnya, ia memberikan ruang bagi mereka untuk mengungkapkan keresahan melalui pertanyaan, “Kalau memikirkan soal usaha, apa yang membuat takut?”.
Diskusi berlanjut dengan ajakan menyusun langkah kecil yang ingin dicoba sebagai bentuk keberanian memulai perubahan. Cerrisa menutup sesi dengan pertanyaan inspiratif, “Apa harapan terbesar dari diri sendiri?”.
Sebagai penutup, setiap ibu menerima kalimat afirmasi positif yang ia rancang khusus untuk memperkuat semangat dan keyakinan diri. Afirmasi ini menjadi pengingat bahwa mereka berharga, mampu, dan layak untuk tumbuh serta berkembang, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari komunitas.